Senin, 02 Maret 2009

Kekhawatiran Petani Pala

Buah Pala adalah komoditi andalan utama daerah Kabupaten Kepulauan Siau Taguandang Biaro. Pala Siau atau yang disebut sebagai "Siau Nutmeg" telah dikenal luas negara-negara peng-import Pala. Tak heran bila Pala menjadi "icon" daerah ini. Kurang lebih 70% kebutuhan Pala dunia disuplai dari Pulau Karangetang ini.
Ketika badai krisis moneter melanda negeri ini tahun 1997-1998, harga Pala justru melambung hingga mencapai Rp 80.000/kg - Rp. 100.000/kg. Masyarakat di daerah ini menyambutnya dengan penuh suka cita. Krisis moneter justru dipandang sebagai berkat karena naiknya harga Pala semakin meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat pada umumnya, walaupun krisis moneter menyebabkan naiknya harga-harga barang dan jasa. Mungkin hanya Siau daerah yang sama sekali tidak merasakan sulitnya kehidupan di tengah hantaman krisis moneter. Bahkan pasca krismon, ketika harga Pala kembali pada posisi semula seorang petani bertanya, "Kapan yah om krismon datang lagi?" sebuah pertanyaan yang membingungkan bagi orang awam yang belum paham kondisi saat krismon di Siau.
Mungkin krisis moneter 1997-1998 berbeda dengan ancaman krisis ekonomi global saat ini. Krisis moneter hanya melanda beberapa negara Asia saat itu. Sedangkan krisis ekonomi global saat ini justru bersumber dari negara adidaya Amerika Serikat yang menjadi barometer perekonomian dunia. Krisis ini akan membawa dampak yang luas bagi semua negara di dunia. Bahkan krisis ini telah melanda sektor riil yang berdampak pada adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang menyebabkan bertambahnya pengangguran dan kemiskinan, meningkatnya nilai inflasi, dan turunnya produktifitas di berbagai sektor. Para ahli ekonomi dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2009 hanya akan mencapai 0,9% dari tahun sebelumnya 2,5%. Kondisi ini benar-benar sangat mengkhawatirkan...
Kembali ke Pala, bila tahun 1997-1998 krisis moneter menyebabkan harga Pala melambung tinggi, akankah hal ini terjadi lagi di era krisis ekonomi global ? Krisis ekonomi global bersumber dari anjloknya harga-harga saham di Amerika Serikat yang berdampak hingga ke negara-negara di Eropa. Nah, negara-negara peng-import Pala terbesar adalah Belanda dan juga Amerika Serikat. Jika perekonomian negara-negara tersebut ambruk maka nilai import Pala-nya pun akan turun karena sulitnya memenuhi biaya produksi. Kondisi ini menyebabkan turunnya permintaan akan Pala, dan berarti kita akan meng"obral" komoditi ini kepada negara-negara tersebut. Hal ini tentunya akan sangat kontradiksi dengan era krisis moneter. Mungkin Om Krismon akan datang lagi tapi dengan wujud yang berbeda, dia akan datang dengan wujud yang menyeramkan.....
Saat ini harga Pala ditingkat eceran masih pada posisi stabil di Rp. 42.000/kg - Rp. 45.000/kg. Semoga harga ini tidak akan terkoreksi lebih jauh hingga ke posisi yang lebih menyusahkan petani. Dan semoga hari-hari kelam yang dikhawatirkan Petani Pala tidak akan menjadi kenyataan. Semoga Om Krismon datang tapi masih dengan wujud yang lebih bersahabat, semoga, semoga, dan semoga....

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Pak, bagaimana kondisi pala saat ini di sana??

Salam Kenal Rudy Bandung Jawa Barat

balas ke no hp saya 081 801 92 95 007

terima kasih