Minggu, 27 Desember 2009

Menyongsong Tahun Penuh Harapan

Lega rasanya melewati tahun 2009 setelah seluruh program/kegiatan SKPD telah diselesaikan. Sebuah rangkaian pekerjaan yang penuh dengan pergumulan namun disertai dengan tekad yang tulus untuk berbuat yang terbaik bagi daerah tercinta ini. Tulisan ini mungkin dapat dikatakan sebagai rekam jejak atas kinerja di sepanjang tahun pengabdian, tahun 2009.

Saya mengawali pengabdian di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi setelah dilantik tanggal 5 Januari 2009. Tentu tidak sulit bagi saya untuk menyesuaikan dengan iklim di tempat kerja yang baru. Saya menyadari bahwa dibutuhkan perhatian ekstra agar filosofi atas eksistensi SKPD ini benar-benar nampak. Saya memulainya dengan berpikir tentang bagaimana ekonomi daerah ini dapat bertumbuh signifikan dengan mengabaikan aspek G (government expenditure / pengeluaran pemerintah /APBD). Ternyata dipahami bahwa daerah ini hidup dan bertumbuh dari sektor pertanian khususnya dari perdagangan Pala. Perekonomian daerah ini sangat bergantung pada jumlah produksi, kualitas, dan harga Pala. Perdagangan Pala membawa multiplayer effect bagi sektor-sektor lainnya seperti sektor transportasi, sektor bagunan, sektor jasa-jasa, dan sektor-sektor lainnya.

Dari data jumlah produksi, ternyata menunjukkan tren yang menurun pada setiap tahunnya walaupun harganya masih berfluktuasi positif. Kalaupun aspek produksi-nya dipacu melalui kegiatan-kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, dan memberikan kompensasi perdagangan dengan menurunkan tarif perdagangan luar daerah maka tesis saya menyatakan bahwa belum akan memberikan nilai tambah signifikan bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat. Hal ini didasarkan atas, (1). bahwa upaya menggenjot jumlah produksi tentu memakan waktu yang cukup lama karena dibutuhkan waktu paling kurang 10 tahun untuk 1 bibit pala hingga menjadi dewasa dan berbuah. (2). keterbatasan lahan akan menyebabkan produksi pala suatu saat berada pada titik ambang, dimana kita tidak mungkin dapat meningkatkan lagi produksinya. (3). harga Pala dikendalikan oleh buyers bukan oleh petani.

Berangkat dari pemikiran tersebut, maka bila kita hanya bertahan dengan skema petani-pedagang pengumpul-exportir-buyers, tentu tidak akan mengalami peningkatan perekonomian yang lebih pesat. Untuk itu diperlukan proses industrialisasi. Kita harus berpikir mengolah pala menjadi bahan jadi dan tidak hanya menjualnya sebagai bahan baku/mentah. Disamping biji pala dan fuli pala, masih ada daging pala yang bisa diolah menjadi Anggur, Sirup, Dodol, dan Manisan.

Untuk itu, fokus SKPD saya di tahun 2009 adalah mengembangkan industri kecil yang berbahan baku Pala dengan membuka sentra-sentra industri kecil pengolahan Anggur Pala, Sirup Pala, Dodol Pala, dan Manisan Pala. Sungguh sesuatu yang membanggakan memulai pekerjaan dari nol. Saya memulainya dengan mengutus masyarakat mengikuti pelatihan pembuatan anggur pala di Lota Pineleng yang diasuh oleh sebuah yayasan berasal dari Prancis. Kemudian memberikan bantuan peralatan, memberikan bantuan permodalan, dan merintis akses pemasaran. Kami juga telah membangun gedung pengolahan anggur dan sirup pala yang nantinya akan menjadi pusat pelatihan. Disamping itu, kami juga telah mendatangkan akademisi Unsrat Manado untuk memberikan pelatihan pembuatan sirup pala dan manisan pala.

Kami telah memulai walaupun produksi dari home industri yang ada masih terbatas, namun ada harapan yang besar di tahun 2010. Sebuah keyakinan atas sebuah pekerjaan yang tulus.

Disamping industri kecil berbahan baku pala, kami juga telah mengembangkan industri kecil kerajinan tangan yang berbahan baku daun pandan, ginto, dan bambu. Juga industri kecil pembuatan souvenir, keramik, dan meubel. Kami juga telah mengutus para pengrajin untuk magang di sentra industri kerajinan dan industri keramik di Jogyakarta.

Dengan mengembangkan sektor industri, maka akan berpengaruh terhadap sektor perdagangan dan menggairahkan koperasi. Kami mengaitkannya satu dengan yang lain agar tercipta sinergitas dari ketiga sektor tersebut yang pada gilirannya akan memberikan nilai tambah bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat di daerah ini.

Tahun 2009 akan segera berlalu, sejumlah agenda kerja di tahun 2010 menanti.

Minggu, 05 Juli 2009

Kota Untuk Belajar Kesabaran

Kali ini misi yang saya emban adalah menyampaikan proposal di dua departemen. Proposal bantuan mesin pengolah sirup dan anggur pala di departemen perindustrian, dan proposal pembangunan pasar tradisional berlantai di departemen perdagangan. Saya tiba di Jakarta siang itu pukul 11.00 WIB dengan menumpang pesawat Boing 737 milik meskapai penerbangan Lion Air dan langsung menunju hotel. Karena hari minggu maka kegiatan saya dan beberapa pejabat Pemkab Sitaro tentu "cuci mata" sambil menikmati suasana Jakarta yang sebetulnya pengap kecuali suasana malamnya yang mungkin lebih bergairah.
Keesokan harinya kami fokus pada misi yang diemban. Sebagaimana komunikasi sebelumnya via handphone dengan beberapa pejabat yang saya kenal di kedua departemen tersebut, maka sasaran pertama saya adalah departemen perindustrian yang terletak di kawasan Gatot Subroto. Dengan menggunakan taxi saya menyusuri jalanan Jakarta yang banyak macetnya. Jakarta memang kota untuk belajar kesabaran. Sebelum naik lift menunju lantai 14, saya memastikan orang yang akan saya temui ada di tempatnya. Sayang jawaban yang saya peroleh melalui handphone usang ku Nokia 6020 cukup mengecewakan "maaf Pak Eddy saya lagi mengerjakan pekerjaan yang sangat mendesak di rumah, silahkan dititip saja proposalnya kepada TUnya". Walau kecewa, saya tetap mengikuti yang disarankan tadi. Tidak sulit menemui pegawai TU di Direktorat Industri Pangan itu. Saya diterima dengan baik dan tanpa banyak berbasa-basi langsung saya serahkan proposal dimaksud dan pamit kepada seluruh pegawai di bagian tata usaha itu. Mungkin saya harus lebih bersabar agar bisa bertemu dengan pejabat yang bersangkutan karena perlu pembicaraan-pembicaraan yang lebih detil guna meloloskan proposal dimaksud. Akan saya coba untuk menghubunginya nanti.
Karena masih tersisa cukup waktu, saya meninggalkan departemen yang dipimpin Fahmi Idris itu dan menuju ke departemen perdagangan. Disana saya telah ditunggu oleh Ibu Joice Jacobs yang ibunya asli Siau dan kebetulan adalah staf Biro Perencanaan Setditjen Perdagangan Dalam Negeri. Melalui Ibu Joice saya dipertemukan dengan Kepala Bagian Tata Usaha Biro Perencanaan. Kami berbicara panjang lebar tentang barbagai hal termasuk menyangkut pembangunan beberapa pasar di Kab. Sitaro yang telah dilaksanakan sebelumnya. Lima rangkap proposal telah diterima dan akan diteruskan untuk diproses lebih lanjut. Pak Jail, begitu beliau disapa oleh rekan-rekannya, cukup familiar, sehingga walauw baru pertama bertemu sudah terasa lebih akrab. Beliau berjanji akan memberikan informasi perkembangan proposal yang diajukan termasuk pejabat-pejabat yang harus ditemui nanti. Setelah menghabiskan segelas kopi yang disuguhkan saya pamit dan kembali ke hotel tempat saya dan beberapa pejabat menginap. Untuk sementara misiku di departemen perdagangan berjalan lancar, semoga kedepan akan lebih menggembirakan.
Berkali-kali saya coba menghubungi pak Lukman Lubis namun hp-nya off. Mungkin beliau memang lagi sibuk, atau memang tidak mau dihubungi dengan alasan yang tak jelas. Saya teringat seseorang yang bernama Arifin mungkin salah satu Kepala Seksi di Ditjen Industri Pangan. Kami sepakat untuk bertemu di Kantin Departemen Perindustrian. Pria paruh baya itu mengaku berasal dari Enrekang Sulawesi Selatan dan masih ada ikatan keluarga dengan Ibu Aryanti Baramuli Putri. Sambil menikmati nasi goreng kami ngobrol tentang banyak hal. Saya terkesan dengan logat-nya yang mirip JK capres dari Partai Golkar. Dia menerima proposalku sambil meyakinkan akan membantu prosesnya. Namun mungkin merasa terbeban dengan proposal tersebut, dia mengajakku menemui seseorang di bagian program yang dia katakan Ibu Nurhayati Gobel. Saya menurut saja, dan kami naik lagi ke lantai 14 tempatku menyerahkan proposal ke bagian tata usaha sebagaimana disarankan Pak Lukman Lubis.
Singkat kata, saya disuruh menunggu sang Ibu selesai makan, sedangkan Pak Arifin kembali ke tempatnya karena ditunggu pak Direktur. Selesai makan ibu itu menemuiku di sofa dekat ruangan TU. Saya tak menyangka penjelasannya seperti itu. "Kami tidak lagi menerima proposal, sebaiknya bapak ke biro perencanaan untuk minta penjelasan tentang penyusunan Kompetensi Inti Industri Daerah". Saya katakan bahwa proposal ini disampaikan berdasarkan hasil Rapat Kerja Departemen Perindustrian dengan para Kepala Dinas se Indonesia Timur di Manado, dan hasil konsultasi saya sebelumnya dengan para pejabat Ditjen Industri Pangan termasuk dengan Pak Lukman Lubis bulan Maret yang lalu. Mungkin karena terdesak dengan keterangan saya, sang Ibu berkata "Saya bisa menerima proposal itu, tapi tidak menjadi prioritas". Selanjutnya penjelasan-penjelasannya lebih ngawur lagi. Saya kecewa ada orang departemen seperti itu. Untuk menghindar agar tidak berdebat lebih sengit lagi dengan Ibu itu, akhirnya saya menyampaikan terima kasih karena ibu telah menerima saya dan memberikan penjelasan walaupun sangat membingungkan dan mengecewakan saya. Sambil berjalan dan menuruni lift saya meninggalkan kantor departemen yang megah itu. Lagi lagi saya berusaha bersabar, dan lagi-lagi saya berkata dalam hati "Jakarta memang kota untuk belajar kesabaran".



Senin, 25 Mei 2009

Apa Kabar Industri Kecil Sitaro

Industri kecil kalau boleh saya katakan adalah sebagai gambaran kreatifitas masyarakat di suatu daerah. Masyarakat yang kreatif akan mendatangkan nilai tambah ekonomi bagi daerahnya yang pada gilirannya akan meningkatkan tingkat kesejahteraannya. Untuk itu dibutuhkan kerja keras semua pihak baik pemerintah, pihak swasta, maupun masyarakat itu sendiri dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi di daerahnya melalui pemanfaatan sumber-sumber daya alam yang tersedia.
Kabupaten Kepl. Sitaro memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Peluang untuk mengolahnya terbuka luas. Hendaknya fenomena mencari duit secara instan dapat disingkirkan dan masyarakat lebih sabar dan tekun mengolah sesuatu untuk mendatangkan uang. Mungkin ada yang berpikir lebih baik jadi tukang ojek yang duitnya bisa langsung diterima dan digunakan dari pada mengolah sesuatu yang membutuhkan waktu untuk memperoleh hasilnya. Industrialisasi dalam skala yang kecilpun membutuhkan proses yang matang sehingga mendatangkan hasil yang maksimal. 
Dari ajang pameran dalam rangka WOC dan CTI Summit 2009, saya berpendapat bahwa walaupun tampilan luar stand Sitaro cukup memuaskan, namun dari sisi materi pameran masih perlu ditingkatkan lagi kedepan. Dari 4 jenis industri kecil yang ditampilkan, kita hanya unggul dari sisi industri pangannya (kue-kue khas Sitaro, beberapa jenis panganan Ikan, serta jenis Sirup dan Anggur Pala). Sedangkan industri kerajinan umum masih belum menunjukkan geliat yang berarti. Kita baru memiliki Anyaman Ginto dari Kampung Nameng dan Tikar Daun Pandan dari Kampung Makalehi. Meskipun hanya dua jenis produk tersebut yang diekspose, saya bangga bahwa kita telah bergerak lebih maju dari tahun-tahun sebelumnya.
Melihat potensi yang dimiliki, saya optimis kedepan kita akan melangkah lebih maju lagi. Dari sektor pertanian, kita bisa lebih mengeksplore produk turunan Pala seperti Sirup dan Anggur Pala yang bila melihat animo pengunjung pameran maka saya yakin kedua produk ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan malah memiliki peluang eksport. Disamping itu, dari tanaman Kelapa, Kenari, Cengkeh, dan lain-lain dapat kita manfaatkan untuk berbagai jenis kerajinan dan souvenir. Demikian juga dari sektor kelautan dan perikanan, kita tidak kalah dari daerah-daerah lainnya. Semua hasil laut kita dapat kita olah menjadi produk yang bernilai ekonomi tinggi. Adanya kandungan Kaolin di Kampung Pangirolong semoga menjadi berkat bagi masyarakat. Kaolin yang adalah bahan baku pembuatan Cat dan Keramik telah dilirik oleh beberapa calon investor. Semoga berbagai rencana inivestasi ini benar-benar akan menjadi kenyataan. 
Dengan bahan baku lokal diharapkan dapat manghasilkan produk-produk dengan nilai eksport yang berdaya saing tinggi, sehingga kedepan daerah ini akan menjadi salah satu daerah industri yang diperhitungkan di bibir pasifik. 
Industri kecil Sitaro saat ini masih merangkak seiring dengan usia daerahnya yang baru seumur jagung. Tapi usia yang muda biasanya memiliki tenaga yang powerfull. Kita pasti akan lebih maju dari yang lainnya... Maju trus industri kecil Sitaro !!!


Senin, 02 Maret 2009

Kekhawatiran Petani Pala

Buah Pala adalah komoditi andalan utama daerah Kabupaten Kepulauan Siau Taguandang Biaro. Pala Siau atau yang disebut sebagai "Siau Nutmeg" telah dikenal luas negara-negara peng-import Pala. Tak heran bila Pala menjadi "icon" daerah ini. Kurang lebih 70% kebutuhan Pala dunia disuplai dari Pulau Karangetang ini.
Ketika badai krisis moneter melanda negeri ini tahun 1997-1998, harga Pala justru melambung hingga mencapai Rp 80.000/kg - Rp. 100.000/kg. Masyarakat di daerah ini menyambutnya dengan penuh suka cita. Krisis moneter justru dipandang sebagai berkat karena naiknya harga Pala semakin meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat pada umumnya, walaupun krisis moneter menyebabkan naiknya harga-harga barang dan jasa. Mungkin hanya Siau daerah yang sama sekali tidak merasakan sulitnya kehidupan di tengah hantaman krisis moneter. Bahkan pasca krismon, ketika harga Pala kembali pada posisi semula seorang petani bertanya, "Kapan yah om krismon datang lagi?" sebuah pertanyaan yang membingungkan bagi orang awam yang belum paham kondisi saat krismon di Siau.
Mungkin krisis moneter 1997-1998 berbeda dengan ancaman krisis ekonomi global saat ini. Krisis moneter hanya melanda beberapa negara Asia saat itu. Sedangkan krisis ekonomi global saat ini justru bersumber dari negara adidaya Amerika Serikat yang menjadi barometer perekonomian dunia. Krisis ini akan membawa dampak yang luas bagi semua negara di dunia. Bahkan krisis ini telah melanda sektor riil yang berdampak pada adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang menyebabkan bertambahnya pengangguran dan kemiskinan, meningkatnya nilai inflasi, dan turunnya produktifitas di berbagai sektor. Para ahli ekonomi dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2009 hanya akan mencapai 0,9% dari tahun sebelumnya 2,5%. Kondisi ini benar-benar sangat mengkhawatirkan...
Kembali ke Pala, bila tahun 1997-1998 krisis moneter menyebabkan harga Pala melambung tinggi, akankah hal ini terjadi lagi di era krisis ekonomi global ? Krisis ekonomi global bersumber dari anjloknya harga-harga saham di Amerika Serikat yang berdampak hingga ke negara-negara di Eropa. Nah, negara-negara peng-import Pala terbesar adalah Belanda dan juga Amerika Serikat. Jika perekonomian negara-negara tersebut ambruk maka nilai import Pala-nya pun akan turun karena sulitnya memenuhi biaya produksi. Kondisi ini menyebabkan turunnya permintaan akan Pala, dan berarti kita akan meng"obral" komoditi ini kepada negara-negara tersebut. Hal ini tentunya akan sangat kontradiksi dengan era krisis moneter. Mungkin Om Krismon akan datang lagi tapi dengan wujud yang berbeda, dia akan datang dengan wujud yang menyeramkan.....
Saat ini harga Pala ditingkat eceran masih pada posisi stabil di Rp. 42.000/kg - Rp. 45.000/kg. Semoga harga ini tidak akan terkoreksi lebih jauh hingga ke posisi yang lebih menyusahkan petani. Dan semoga hari-hari kelam yang dikhawatirkan Petani Pala tidak akan menjadi kenyataan. Semoga Om Krismon datang tapi masih dengan wujud yang lebih bersahabat, semoga, semoga, dan semoga....

Jumat, 16 Januari 2009

BBM dan Pemilu

Penurunan harga BBM disambut masyarakat dengan berbagai spekulasi. Ada yang secara fair melihatnya sebagai kebijakan "adjustment" atas turunnya harga minyak dunia, ada pula yang ekstrim menanggapinya sebagai bagian trik politik SBY-JK menjelang Pilpres 2009.
Dampak BBM memang luas, BBM dapat menimbulkan instabilitas ekonomi dan politik dan sebaliknya BBM dapat menopang perbaikan kesejahteraan masyarakat. Naik dan turunnya BBM pasti menimbulkan reaksi yang terkadang sporadis.
Kenaikan BBM Mei 2008 yang lalu ditanggapi sinis oleh masyarakat terutama kalangan mahasiswa, pelaku usaha, dan masyarakat kecil. Rating SBY-JK pun turun akibat kebijakan yang tidak populis ini, kendatipun langkah ini ditempuh guna menyelamatkan perekonomian negara terutama menekan defisit APBN akibat tingginya nilai subsidi BBM.
Sebaliknya, pemerintah kembali menurunkan harga BBM jenis premium dan solar per 15 Januari 2009 masing-masing menjadi Rp. 4.500 /liter sebagai penyesuaian atas turunnya harga minyak dunia yang mencapai 42 USD/barrel. Reaksi masyarakat atas penurunan harga ini pun beragam. Ada yang menyambutnya dengan positif walaupun turunnya BBM belum dibarengi dengan turunya harga sembako, tarif angkutan, serta sektor-sektor barang dan jasa lainnya. Ada juga yang menanggapinya dengan sinis sebagai akal-akalan pemerintah menjelang Pilpres 2009.
Menariknya penurunan BBM kali ini dilakukan beberapa bulan menjelang pelaksanaan Pemilu Legislatif dan Pilpres. Penurunan BBM dapat dimanfaatkan oleh Partai Politik dan Calon Presiden untuk menaikkan popularitasnya. Parpol-parpol penguasa dapat saja mengklaim penurunan BBM sebagai prestasi pemerintah di bidang ekonomi. Hal ini wajar-wajar saja dan merupakan dampak politis yang tidak dapat dielakan, karena BBM memang lebih dekat sebagai wacana politik dari pada wacana ekonomi.
Terlepas dari persoalan itu, bagi saya yang penting masyarakat bisa menikmati harga BBM yang terjangkau dan stok yang cukup. Percuma juga harganya turun kalau mendapatkannya sulit dan harus menunggu antrean yang panjangnya minta ampun. Kalaupun pemerintah daerah telah menyesuaikan penurunan harga BBM ini di daerahnya masing-masing maka saya yakin harga-harga barang dan jasa juga akan turun sehingga nilai inflasi akan tertekan rendah.
Soal siapa yang nanti dipilih dalam Pemilu, tergantung masyarakat lah yang menilai, setuju ngga...???

Rabu, 14 Januari 2009

Catatan Awal Tahun

Memasuki detik-detik awal tahun 2009, saya menerima sms dari seorang kerabat "tulislah rencanamu di tahun 2009 dengan pensil, tapi berikan penghapusnya pada Tuhan, biarkan Dia menghapus bagian-bagian yang salah dan menggantinya dengan rencanaNya yang indah...." Saya memahami sms tersebut sebagai pesan religi memasuki tahun 2009, sayapun menyadari bahwa semua kita telah menyusun rencana bahkan target-target yang akan dicapai di tahun ini. Akan apa yang direncanakan tersebut, sebagiannya pasti yang indah-indah, yang menyenangkan, dan yang menggembirakan. Ada juga yang memikirkan langkah-langkah antisipasi bila kemungkinan-kemungkinan buruk terjadi.
Akhir tahun 2008 krisis keuangan global menghantam perekonomian Amerika Serikat dan membawa dampak yang luas bagi dunia. Walaupun pemerintah masih tetap optimis dengan fundemantal perekonomian kita, namun kewaspadaan harus tetap dijaga. Kita memiliki pengalaman pahit ketika dihantam krisis moneter 1997-1998, yang bisa menjadi referensi bagi upaya-upaya menghadapi resesi. Himbauan-himbauan pemerintah untuk mengantisipasi krisis pun telah disampaikan yang tentunya lebih bertumpu pada upaya memperkuat sektor riil dan memberdayakan potensi-potensi ekonomi lokal.
Seberapa besarkah rencana-rencana kita yang akan dihapus dan diganti oleh rencanaNya ? kita tunggu saja..