Jumat, 16 Januari 2009

BBM dan Pemilu

Penurunan harga BBM disambut masyarakat dengan berbagai spekulasi. Ada yang secara fair melihatnya sebagai kebijakan "adjustment" atas turunnya harga minyak dunia, ada pula yang ekstrim menanggapinya sebagai bagian trik politik SBY-JK menjelang Pilpres 2009.
Dampak BBM memang luas, BBM dapat menimbulkan instabilitas ekonomi dan politik dan sebaliknya BBM dapat menopang perbaikan kesejahteraan masyarakat. Naik dan turunnya BBM pasti menimbulkan reaksi yang terkadang sporadis.
Kenaikan BBM Mei 2008 yang lalu ditanggapi sinis oleh masyarakat terutama kalangan mahasiswa, pelaku usaha, dan masyarakat kecil. Rating SBY-JK pun turun akibat kebijakan yang tidak populis ini, kendatipun langkah ini ditempuh guna menyelamatkan perekonomian negara terutama menekan defisit APBN akibat tingginya nilai subsidi BBM.
Sebaliknya, pemerintah kembali menurunkan harga BBM jenis premium dan solar per 15 Januari 2009 masing-masing menjadi Rp. 4.500 /liter sebagai penyesuaian atas turunnya harga minyak dunia yang mencapai 42 USD/barrel. Reaksi masyarakat atas penurunan harga ini pun beragam. Ada yang menyambutnya dengan positif walaupun turunnya BBM belum dibarengi dengan turunya harga sembako, tarif angkutan, serta sektor-sektor barang dan jasa lainnya. Ada juga yang menanggapinya dengan sinis sebagai akal-akalan pemerintah menjelang Pilpres 2009.
Menariknya penurunan BBM kali ini dilakukan beberapa bulan menjelang pelaksanaan Pemilu Legislatif dan Pilpres. Penurunan BBM dapat dimanfaatkan oleh Partai Politik dan Calon Presiden untuk menaikkan popularitasnya. Parpol-parpol penguasa dapat saja mengklaim penurunan BBM sebagai prestasi pemerintah di bidang ekonomi. Hal ini wajar-wajar saja dan merupakan dampak politis yang tidak dapat dielakan, karena BBM memang lebih dekat sebagai wacana politik dari pada wacana ekonomi.
Terlepas dari persoalan itu, bagi saya yang penting masyarakat bisa menikmati harga BBM yang terjangkau dan stok yang cukup. Percuma juga harganya turun kalau mendapatkannya sulit dan harus menunggu antrean yang panjangnya minta ampun. Kalaupun pemerintah daerah telah menyesuaikan penurunan harga BBM ini di daerahnya masing-masing maka saya yakin harga-harga barang dan jasa juga akan turun sehingga nilai inflasi akan tertekan rendah.
Soal siapa yang nanti dipilih dalam Pemilu, tergantung masyarakat lah yang menilai, setuju ngga...???

Rabu, 14 Januari 2009

Catatan Awal Tahun

Memasuki detik-detik awal tahun 2009, saya menerima sms dari seorang kerabat "tulislah rencanamu di tahun 2009 dengan pensil, tapi berikan penghapusnya pada Tuhan, biarkan Dia menghapus bagian-bagian yang salah dan menggantinya dengan rencanaNya yang indah...." Saya memahami sms tersebut sebagai pesan religi memasuki tahun 2009, sayapun menyadari bahwa semua kita telah menyusun rencana bahkan target-target yang akan dicapai di tahun ini. Akan apa yang direncanakan tersebut, sebagiannya pasti yang indah-indah, yang menyenangkan, dan yang menggembirakan. Ada juga yang memikirkan langkah-langkah antisipasi bila kemungkinan-kemungkinan buruk terjadi.
Akhir tahun 2008 krisis keuangan global menghantam perekonomian Amerika Serikat dan membawa dampak yang luas bagi dunia. Walaupun pemerintah masih tetap optimis dengan fundemantal perekonomian kita, namun kewaspadaan harus tetap dijaga. Kita memiliki pengalaman pahit ketika dihantam krisis moneter 1997-1998, yang bisa menjadi referensi bagi upaya-upaya menghadapi resesi. Himbauan-himbauan pemerintah untuk mengantisipasi krisis pun telah disampaikan yang tentunya lebih bertumpu pada upaya memperkuat sektor riil dan memberdayakan potensi-potensi ekonomi lokal.
Seberapa besarkah rencana-rencana kita yang akan dihapus dan diganti oleh rencanaNya ? kita tunggu saja..